Rabu, 23 Maret 2016

Latar Belakang Munculnya Mu'tazilah

Bab I Pendahuluan A.     Latar Belakang Perkembangan agama islam setelah masa Khulafa Arrashidin muncul berbagai aliran Madzh... thumbnail 1 summary


Bab I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang

Perkembangan agama islam setelah masa Khulafa Arrashidin muncul berbagai aliran Madzhab kalamiyah, yang salah satu diantaranya adalah aliran Mu’tazilah. Jika dilihat dari kaca mata positif, maka mazhab ini menunjukkan bahwa umat islam adalah umat yang kaya dengan pemikiran. Dengan demikian umat islam adalah umat yang dinamis.
Banyak yang mengindetikkan Mu’tazilah dengan aliran sesat, cenderung merusak tatanan agama islam, dan dihukumi telah keluar dari ajaran islam. Namun tidak sedikit juga  yang menganggap Mu’tazilah adalah kebangkitan umat islam di masa ke emasannya, sehingga berfikiran bahwa umat islam perlu menghidupkan kembali ide-ide aliran ini.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1.      Latar Belakang Munculnya Mu’tazilah.
2.      Ajaran Mu’tazilah.
3.      Pembagian kelompok Mu’tazilah serta keyakinan mereka

















BAB II

Pembahasan


A.    Latar belakang munculnya Mu’tazilah

Kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala dengan makna naha ‘an yang berarti menjauhkan atau memisahkan diri dari sesuatu.
Mengenai penamaan aliran ini dengan Mu’tazilah ada beberapa pendapat, antara lain ialah:
1.      Karena Washil bin Atha dan ‘Amru bin Ubaid memisahkan diri dari pengajian gurunya Hasan Bashri di masjid Bashrah, kemudian memebentuk pengajian sendiri. Karena bebrbeda pendapat mengenai orang orang mu;min yang mengerjakan dosa besar. Menurut ‘Atha orang mumin yang mengerjakan  dosa besar, tidak mu’min dan tidak pula kafir, melainkan di suatu tempat diantara kedua itu.
2.      Karena memisahkan diri dari ( menyalahi) semua pendapat yang telah mengenai dosa besar. Menurut Murji’ah masih mu’min, menurut Khawarij Azariqah menjadi kafir, menurut Hasan Bashri menjadi munafik. Menurut Atha tidak mu’min dan tidak pula kafir, tetapi fasik.
3.      Karena pendapat mereka mengatakan bahwa orang yang mengerjakan dosa besar bererti memisahkan diri dari golongan orang mu’min dan dari golongan orang kafir.
Namun mereka tidak senang dengan sebutan sebutan tersebut. Mereka menamakan dirinya dengan pembela keadilan dan ketauhidan. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa pemimpin tertua yang mengembangkan paham Mu’tazilah adalah Washil bin Atha ( 80H/669 M-131 H/748 M).1 Aliran ini muncul pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan dan anaknya Hisyam.
Selain Washil, tokoh Mu’tazilah yang terkenal adalah Abu al Hudzayl al ‘Allaf. Ia memahami filsafat dengan baik sehingga ia mudah menerapkan ajaran Mu’tazilah secara filosofis. Diantara kelebihan Abu al Hudzal adalah kemampuan dialektiknya yang benar. Dengan kemampuan itu, ia berdialig mempertahankan pemikirannya dari serangan kritik orang Nasrani.
Pada mulanya aliran ini mempunyai dua cabang, yaiu:
1.      Di Bashrah, yang dipimpin oleh Washil bin Atha dan ‘Amru bin Ubaid.
2.      Di bagdad, yang dipimpin oleh Basyar bin Al Mu’tamar.
Banyak Khalifah yang menganut faham ini, atau setidak-tidaknya menyokonganya, diantaranya adalah:
a.       Yazid bin Harun Bani Umaiyah
b.      Ma’mun bin Harun al Rasyid Bani Abbas
c.       Al Mu’tashim bin Harun al Rasyid Bani Abbas
d.      Al Watsiq bin al Mu’tashim2


 
1Afrizal M, Ibn Rusyd: Tujuh Perdebatan Utama dalam Teologi Islam, 30.
2Drs. Syahminan Zaini, Kuliah Aqidah Islam, 442.
Mereka sangat senang berdepat di muka umum. Menurut Sirajuddin Abbas hampir 200 tahun dunia Islam digoncangkan oleh perdebatan-perdebatan dari mereka. Masalah yang diperdebatkan antara lain:
1.      Sifat-sifat tuhan ada atau tidak
2.      Buruk dan baik siapa yang menetpkan, akal atau wahyu
3.      Pembuat dosa besar kekal dalam neraka atau tidak
4.      Perbuatan manusia dibuat manusia atau tuhan
5.      Dan lain-lain

B.     Ajaran Mu’tazilah

Ada lima dasar yang harus dipegangi oleh setiap orang yang mengaku Mu’tazilah, yaitu:
1.      Tauhid, Tuhan adalah zat yang tunggal tanpa sifat. Karena itu mereka menolak adanya sifat-sifat pada Tuhan. Dan karena itu pula mereka menetapkan bahwa Al Qunr’an adalah makhluk.
2.      Al Adl ( keadilan). Dalam hal ini mereka mengatakan:
a.       Perbuatan manusia diciptakan oleh manusia sendiri
b.      Tuhan harus mengerjakan yang baik dan lebih baik
c.       Tuhan menciptakan makhluk atas dasar tujuan dan hikmat kebijaksanaan
d.      Tuhan tidak menghendaki keburukan dan tidak memerintahkannya
3.      Al wa’du wal wa’id ( janji dan ancaman). Prinsip ini merupakan kelanjutan dari keadilan Tuhan.
4.      Manzil bainal manzilatain ( tempat diantara dua tempat). Mereka mengatakan seorang muslim yang berbuat dosa besar bukan lagi muslim tetapi belum kafir, melainkan menjadi fasik. Jadi kefasikan merupakan tempat tersendiri antara iman dan kafir.
5.      Amar ma’ruf nahi minkar ( memerintah kebaikan dan melarang keburukan). Setiap muslim wajib melaksanakan prinsip ini. Tetapi amar ma’ruf nahi munkar yang sesuai dengan pendapat mereka belum tentu seseai dengan Al Qur’an dan hadis. Dalam hal ini mereka tidak segan-segan memakai kekerasan walaupun dengan orang Islam sendiri.

C.    Pembagian kelompok Mu’tazilah serta keyakinan mereka

Mu’tazilah paling tidak terpecah menjadi 15 kelompok;
1.      Ghailaniyah; mereka adalah pengikut Ghailan Damaskus. Mereka telah mengkompromikan antara Mu’tazilah dan Murjiah.
2.      Washiliyyah; mereka adalah pengikut Washil ibn Atha al Ghazal.
3.      ‘Ameriyah; pengikut ‘Amir ibn ‘Ubaid.
4.      Huzailiyah; pengikut Abu Huzail
5.      Nidzamiyah; pengikut Ibrahim ibn Yasar An-Nidzam
6.      Tsumamiyah; pengikut Tsumamah ibn Asyras
7.      Bisyriyyah; pengikut Bisyer ibn Mu’amar ibn ‘Ubad As-Sulamy
8.      Mizdariyyah; pengikut Abu Musa ibn Isa ibn Masih Al- Mizdar
9.      Hisyamiyyah; pengikut Hisyam ibn ‘Amr Al-Quthiy
10.  Jahizhiyyah; pengikut ‘Amer ibn Bahr Al Jaahizah
11.  Jubaaiyyah; pengikut Abu Ali Muhammad ibn Abdul Wahab Aj-Jubaaiy
12.  Bahsyamiyyah; pengikut Abu Bahsyam Abdus Salam ibn Abu Aly Al-Juba’iy
13.  Ahsyadiyyah; pengikut Ahsyad ibn Abu Bakar murid Muhammad ibn ‘Umar Shaimariy
14.  Khayathiyyah; pengikut Abu Hasan Abdur Rahim Al-Khayath
15.  Husainiyyah; pengikut Abdul Husain Ali ibn Muhammad Al-Bashriy


Bab III
Penutup
·         Kesimpulan
Kata Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala yang artinya berpisah. Aliran ini muncul di Basra, kelahiran Aliran ini bermula dari tindakan Wasil bin Atha ( 80H/669 M -131 H/748 M) yang berpisah dari gurunya Imam Hasan Al-Bashri karena perbedaan pendapat. Wasil bin Atha berpendapat bahwa muslim yang berdosa besar bukan muslim dan bukan kafir, mereka berpendapat bahwa orang yang berbuat dosa besar adalah al-manzil bainal manzilatain (posisi diantara dua posisi).
            Diantara ajaran Mu’tazilah adalah sebagai berikut:
1.      Tauhid
2.      Al Adl
3.      Al wa’du wal wa’id
4.      Manzil bainal manzilatain
5.      Amar ma’ruf nahi minkar

Tidak ada komentar

Posting Komentar