Kamis, 17 Maret 2016

MASA KENABIAN MUHAMMAD S.A.W.

                        BAB I PENDAHULUAN Sebelum kita uraikan tentang masa kenabian Muhammad s.a.w. terlebih dahulu kita perlu... thumbnail 1 summary

                     
BAB I
PENDAHULUAN

Sebelum kita uraikan tentang masa kenabian Muhammad s.a.w. terlebih dahulu kita perlu menyinggung sedikit tentang arti kenabian.
Kenabian berasal dari kata nabi. Kata yang berasal dari naba’ yang artinya berita penting. Berita yang dimaksud adalah informasi yang diterima seseorang dari Allah. Semua nabi memperoleh informasi dari Allah, dengan berbagai cara. Informasi yang diberikan oleh Allah mengandung petunjuk bagi para pemeluknya.
Pada zaman dahulu kebanyakan orang mengaitkan kenabian dengan sihir, tenung, dan perdukunan. Kaum musyrik mekkah mengira bahwa nabi haruslah berbeda dengan manusia dengan kata lain tidak mempunyai sifat-sifat kemanusiaan, Nabi Muhammad s.a.w. dalam membuktikan kenabian beliau tidak mengandalkan hal-hal luar biasa yang bersifat material/indrawi. Namun jika ada yang menuntut hal demikian, maka beliau diperintahkan menjawab:
Orang-orang kafir mekkah berkata: Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya? Katakanlah: ‘sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.’ (QS. Al-’Ankabut : 50).
                Memang banyak hal yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia, seperti cara berhubungan dengan Tuhan, apa yang disenangi dan dilarang tuhan, dan lain-lain.  Oleh karena itu kita sangat membutuhkan kehadiran nabi.
               






BAB II
PEMBAHASAN
A.    AWAL KENABIAN
1.       Mimpi yang Nyata
                Imam Bukhari meriwayatkan masa kenabian yang dialami Nabi Muhammad s.a.w. dengan mimpi-mimpi yang terbukti kebenarannya. Ini terjadi enam bulan sebelum kehadiran wahyu pertama atau tepatnya, menurut sebagian ulama, yaitu pada bulan Rabi’ul Awwal (sama dengan kelahiran dan wafat beliau). Pendapat kuat tentang turunnya wahyu Al-Qur’an adalah bulan Ramadhan.
                Mimpi adalah suatu bentuk/cara Allah memberi informasi. Mimpi yang dialami Nabi menjelang masa kenabian adalah sebagai cara Allah untuk meyakinkan Muhammad bahwa ada kekuatan yang memberikan informasi yang benar.
2.       Wahyu Pertama
                Pada bulan Ramadhan, setelah nabi berusia empat puluh (baca QS. Al-Ahqaf : 15), beliau bertahannus dan menyendiri di Gua Hira, pada malam ketujuh belas Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M, Malaikat Jibril atas perintah Allah datang menemui Muhammad s.a.w. ketika itulah malaikat Jibril menyampaikan wahyu Al-Qur’an yang pertama (baca QS. Al-‘Alaq : 1-5).
                Nabi Muhammad dirangkul dengan keras oleh Malaikat Jibril, dan beliau diperintahkan oleh Malaikat Jibril agar mebaca Iqra’/bacalah! Kata Jibril. Nabi Muhammad s.a.w. menjawab maa ana biqari’in/aku tidak dapat membaca.
                Setelah tiga kali diperintah demikian barulah beliau berucap “apa yang harus saya baca?” lalu Jibril menyampaikan lima ayat pertama dari firman Allah pada Surah Al-‘Alaq tersebut. Peristiwa ini mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad bahwa pentingnya kandungan dari perintah tersebut Beliau kaget dan takut sehingga menghentikan penyendiriannya dan langsung kembali kerumah dan meinta diselimuti. Setelah menceritakan pengalaman beliau kepada istri tercinta, Khadijah ra., sang istri dengan bijaksana dan matang itu,menenangkan beliau dengan mengajak Nabi bertemu dengan anak paman Khadijah, Waraqah bin Naufal, yang ketika itu berusia lanjutdan dikenal sebagai salah seorang penganut agama Nasrani.disana Nabi menceritakan pengalamannya kembali, setelah selesai bercerita, Waraqah berkata “Demi Tuhan yang jiwaku berada didalam genggaman-Nya. Sungguh Engkau adalah Nabi umat ini. Telah dating kepadamu an-Namus (Malaikat Jibril) yang pernah dating kepada Nabi Musa. Sungguh kaummu akan mendustakanmu, mengganggumu, mengusirmu, dan memerangimu.”
Nabi s.a.w. bertanya : apakah mereka akan mengusirku ?
Waraqah menjawab : “ya, tidak seorangpun yang datang membawa serupa dengan yang engkau bawa, kecuali dimusuhi dan dipeperangi orang. Kalau aku mencapai masa itu, usiaku panjang, niscaya aku akan membelamu dengan perbedaan yang kuat.”
                Apa yang dilakukan Khadijah dengan menenangkan suaminya serta mengajak berkunjung ke seseorang yang pandai dan terpercaya merupakan  suatu yang amat tepat. Khadijah tidak sekedar menenangkan Nabi tetapi juga menguatkan keyakinan nabi. Khadijah pun , dalam suatu riwayat, masih tetap berusaha meyakinkan Nabi s.a.w. bahwa yang mendatangi beliau bukanlah setan, tetapi Malaikat. Ibn HIsyam meriwayatkan dari Ibn Ishaq, bahwa khadijah pernah meminta Nabi s.a.w. memberi tahunya jika jibril mengunjungi beliau. Suatu ketika Nabi melihat JIbril, maka beliau memberitahu Khadijah. Ketika MAlaikat itu dating, Khadijah pun meminta Nabi untuk duduk di paha kananya, sambil apakah masih melihatnya. “Ya,” jawab Nabi, lalu Khadijah memintanya duduk di paha kirinya. Nabi pun masih melihat Jibril. Lalu Khadijah meminta Nabi untuk duduk di pangkuannya. Nabipun masih tetap melihat Jibril. Tetapi Khadijah membuka auratnya, di bertanya: “Apakah masih melihatnya?” Nabi menjawab: “Tidak lagi”. Maka Khadijah berkata “Wahai putra Pamanku! Berteguh hatilah dan bergembiralah Demi Allah, sesungguhnya dia (yang engkau lihat) adalah malaikat, bukan setan.”
3.       Ma’shum
                Ma’shum secara etimologi, berasal dari kata ishamah yang berarti menahan diri, penetapan, patuh, dan tidak mengeluarkan sesuatu. Al-Raghib menjelaskan pengertian ma’shum adalah mencegah, berpegang tegun dan memelihara. Sementara al-ishamah menurutnya adalah hal-hal yang dipengang teguh. Jadi al-ishamah merupakan penjagaan Allah yang khusus diberikan kepada orang-orang yang telah mencapai derajat tertentu. Mereka adalah para nabi, karena mereka tidak melakukan dosa bahkan tidak sedikitpun tergores di dalam hati dan pikiran untuk berbuat dosa dan kesalahan yang dilarang agama.
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa sifat ma’shum merupakan kekuatan jiwa yang kuat, dengan kekuatan tersebut dapat mencegah seseorang dari berbuat dosa dan maksiat, sekalipun dalam kondisi yang sangat suli. Kekuatan jiwa ini dicapai dengan pengetahuan yang sempurna terhadap keburukan dan kejahatan serta ancaman bagi para pelaku dosa, dengan kehendak serta keinginan yang kuat untuk mengendalikan hawa nafsu. Melalui sifat Ma’shum ini, tidak berarti bahwa Allah memaksa para nabi untuk meninggalkan dosa dan mencabut kebebasan berkehendak dalam usaha mereka. Sifat ma’shum yang dimiliki nabi adalah anugrah Allah, karena setiap manusian selain nabi selalu melakukan kesalahan dan berbuat maksiat. (baca QS. Al-Hadid : 28).
B.    Kondisi  Mekkah Pada Awal Kenabian
1.       Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, kemudian Zaid bekas budak beliau. Disamping itu, banyak orang yang masuk islam dengan perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang lebih dahulu masuk islam. Mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin  Awwam, Sa’ad bin Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam yang rumahnya dijadikan tempat untuk berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
2.       Dakwah Secara Terang-terangan
Dakwah secara terang- terangan dimulai pada tahun ke empat dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Tahapan dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan :
a.       Mengundang kaum kerabat keturunan Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka agar masuk islam. Tapi karena chaya hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima islam sebagai agama mereka. Namun ada tiga orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada hari itu menyatakan dengan tegas keislamannya. Yaitu Ali bin  Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b.      Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota mekkah, kemudian Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah/menghambakan diri kepada Allah SWT, namun ajakan dakwah beliau meneriaki dengan ejekan, ada kelompok yang diam saja kemudian pulang. Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad orang gila, seraya berkata “ Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” sebagai balasan atas perkataan Abu Lahab turunlah ayat Al-qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni surat Al-Lahab : 1-5
Pada periode ini juga dua orang dari kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Muthalib (paman Nabi) dan Umar bin Khattab. Hamzah masuk islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar tidak lama setelah sebagian kaum Muslmin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
                Factor yang menyebabkan dakwah beliau banyak mendapat tantangan dari kaum Quraisy yaitu sebagai berikut:
a.       Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepasa seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
b.      Nabi Muhammad menyerukam persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
c.       Para pemimpin Quraisy tidak mau percya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
d.      Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agamaislam.
e.      Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rizki mereka.
Langkah kaum Quraisy dalam menentang dakwah Nabi Muhammad di Mekkah di antaranya sebagai berikut:
1.       Membujuk, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang sangat disegani masyarakat Mekkah maka kaum Quraisy meminta Abu Thalib meminta satu di antara dua yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti berdakwah atau menyerahkan kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib berharap agar Muhammad berhentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak mengucilkan saya”. Abu Thalib terharu mendengarkan Jawaban keponakannya itu, kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membantu”.
Merasa Gagal dengan semua cara kemudian kaum Quraisy dating langsung untuk membujuk Nabi dengan menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Namun semua tawaran tersebut ditolak oleh Nabi dengan mengatakan “Demi Allah, biarkan mereka meletakan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini sehingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.
2.       Mengintimidasi, karena gagal dengan cara membujuk, para pemimpin Quraisy melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang lebih dari sebelumnya. Budak-budak yang masuk islam disiksa oleh tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh menyiksa setiap keluarga yang anggota keluarganya yang masuk islam untuk murtad kembali. Untuk menghindari kaum muslimin dari tindakan kekejaman ini, nabi memerintahkam mereka Hijrah ke Habsyah (Ethiopia).
3.       Memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Tidak seorangpun penduduk mekkah diperkenankan untuk melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak dari Bani Hasyim yang menderita kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa kaum Quraisy menghentikan pemboikotan ini
C.     Karakteristik dan Kekhasan Nabi Muhammad SAW
Karakteristik dan Kekhasan Nabi Muhammad SAW.
a.       Kepribadian yang tangguh
Nabi Muhammad s.a.w. adalah sosok yang sangat kuat baik pada saat kecilnya maupun dewasanya dan bahkan sampai wafatnya menujukkan sifat yang sangat teguh pendirian (istiqamah) sejak pertama beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliyahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian inilah yang menjadi dasar dan landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidupyang kokoh dan kuat.
b.      Kepribadian dan Akhlak Terpuji
Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi shidiq, amanah, tablig dan fathanah.
Sifat jaiz, seperti rasa sedih, sabar, dan tabah. Sifat jaiz dan sifat wajib, sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Dalam segala hal akhlak Nabi adalah Al-Qur’an, dalm rangka menciptakan standar al-akhlakul al-karimah yang tinggi, Muhammad mengajar manusia dengan  menggunakan keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan, hal ini dapat dibuktikan dri seluruh prilaku beliau yang merefleksikan nilai-nilai pendidikan. Dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi s.a.w. dari sini dapat diketahui bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan pengembangan sistem akidah, ubudiyah, dan muamalah yang berlandaskan pada akhlakul karimah.
c.       Pemaaf dan sederhana
Pada masa penaklukan kota Mekkah beliau memaafkan musuh yang telah menganiyayanya dan para sahabatnya selama 13 tahun. sebagai kepala Negara rutinitas hariannya sangat sederhana dan merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Beliau memperbaiki dan menjahit pakaianya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri. beliau juga terbiasa memerah susu kambing peliharaanya dan membersihkan lantai rumahnya yang sederhana.

















BAB III
PENUTUP
            KESIMPULAN
1.       Masa kenabian bermula ketika Nabi Muhammad s.a.w. berusia 40 tahun, ketika beliau bertahannus di Gua Hira.
2.       Priodeisasi Dakwah Nabi Muhammad s.a.w.
-          Secara sembunyi-sembunyi
Dimulai dari keluarga dan yang paling dekat dengan nabi
-          Secara terang-terangan
Mengundang makan keturunan Bani Hasyim untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka memeluk islam.
Rasulullah SAW mengumpulkan warga kota mekkah dan memberi peringatan
3.       Kondisi mekkah pada masa awal kenabian
-          Membujuk Nabi menghentikan dakwahnya
-          Melakukan tindakan kekerasan
-          Memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim
4.       Karakteristik dan kekhasan Nabi Muhammad
-          Pribadi yang tangguh
-          Kepribadian dan akhlak yang terpuji
-          Pemaaf dan sederhana











DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.Quraish. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati
Bin Abdul Karim, Abdurrahman. Kitab sejarah nabi Muhammad SAW. Yogyakarta : Diva Press

Tidak ada komentar

Posting Komentar