Bangsa Arab Pra Islam dan Karakteristinya
Masa sebelum
islam disebut masa jahiliyah, zaman ini terbagi menjadi dua proide, pertama
meliputi masa yang panjang, tetapi tidak diketahui hal ikhwalnya dan sudah
lenyap masyarakat penduduknya. Jahiliyah kedua sejarahnya bisa diketahui
sedikit jelas. Zaman ini kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir. Kata
jahiliyah berasal dari kata jahl tetapi
yang dimaksud disini bukanlah jahl
lawan kata dari ‘ilm, melainkan lawan dari kata hilm. Bangsa Arab pra islam telah
mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam seni,
sastra mereka telah mencapai kemajuan yang pesat. Akan tetapi karena merosotnya
moral melanda mereka, maka lebel jahiliyah diberikan kepada mereka, syair-syair
Arab jahili amat kaya dengan informasi yang berkaitan dengan kebudayaan.
Bangsa Arab termasuk
rumpun bangsa Smit yaitu keturunan Nabi Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia,
Kaldea, Asyuria, Ibrani, phunisia Aram dan Habsi. Bangsa arab adalah rumpun
bangsa smit yang masih bertahan, sedangkan sebagian besar yang lain sudah
lenyap dan tidak dikenal lagi. Dari lingkungan dibagi menjadi dua, ahl al-badwi yaitu pendudukpadang pasir,
hidup berpindah-pindah untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata
penghidupan mereka adalah berternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Ahl
al-hadlar, penduduk yang sudah bertempat tinggal menetap dikota-kota atau
daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam
dan industry. Berbeda dengan masyarakat badwi mereka memiliki peluang besar
untuk membangun kebudayaan, sebagai mana yang dilakukan penduduk yaman selatan
dan penduduk kota lain di bagian utara semenanjung ini. Oleh karena itu,
sejarah mereka bisa diketahui lebih jelas.
Sosial, dalam
struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi
keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota terikat oleh pertalian
darah (nasab), akan tetapi ada kalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya
disebabkan sumpah setia. Sebuah kabilah dipinpin oleh seorang kepala yang
disebut syaikh al-aqabilah, yang dipilin
berdasarkan umur yang paling tua. Solidaritas kesukuan diwujudkan dengan
proteksi kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Sehingga ancaman terhadap
anggotanya berarti ancaman terhadap kabilahnya.
Agama Pra Islam,
sebagian besar bangsa Arab jahiliyah adalah penyembah berhala, setiap kabilah
memiliki patung sendiri, sehingga tidak kurang dari 360 patung bertengger di
sekeliling Ka’bah yang suci itu, ada empat patung yang terkenal yaitu Lata,
Uzza, Manah, dan Hubal milik kabilah Quraisy, sebenarnya mereka percaya keppada
Allah sebagai pencipta, pengatur, dan penguasa alam semesta, sekalipun mereka
inkar tentang hidup sesudah mati mereka menyembah patung dengan maksud
mendekatkan diri kepada Allah. Kepercayaan kepada Allah ini merupakan sisa
ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim as.
Ekonomi, bangsa
Arab jahiliyah memiliki beberapa pasar tempat mereka berkumpul untuk melakukan
transaksi jual beli dan membacakan syair, pasar itu terletak didekat Mekkah,
yang terpenting diantaranya ialah Ukaz, Majinnah, dan Dzul Majaz. Kabilah
Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga
Yaman-Hijaz-Syiria, memanfaatkan kehadiran
para peziarah Ka’bah terutama pada musim Haji.
Seni Budaya,
satra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabdikan
pristiwa-pristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar Ukaz,
Majinnah, dan Dzul Majaz. Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia akan di beri
hadiah, dan mendapatkan kehormatan bagi suku kabilahnya. Serta syairnya
digantung di Ka’bah dekat dengan patung pujaan mereka. Menurut catatan sejarah
bangsa arab merupakan bangsa yang mempunayai kemampuan menghafal yang sangat
kuat khususnya hafalan terhadap syair-syair.
Sistem Politik,
sudah sejak lama sebelum islam lahir, ka’bah selalu dikunjungi oleh bangsa Arab
dari seluruh jazirah untuk melaksanakan ibadah haji, oleh karena itu, di Mekkah
berdirilah perintah untuk melindungi jamaah haji dan menjamin keselamatan
jamaah serta keamanan mereka. Ditetapkan pula laragan perang di kota itu, disamping
larangan berperang selama bulan-bulan tertentu.
Karakteristik
bangsa Arab pra islam, kejam, pembalas dendam, angkuh dan sombong pemabuk dan
penjudi, beranian dan kepahlawanan, setia dan jujur. Tulus dan berkata benar.
Kajian Sirah Nabawiyah
Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat
disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw, di samping sebagai pemimpin agama, juga
seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam
waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukan
seluruh Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
Kita dapat membagi masa dakwah Muhammad saw menjadi dua periode, yang
satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu:
- Periode Mekah, berjalan kira-kira tiga belas tahun.
- Periode Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan
kekhususannya masing-masing. Periode mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu:
- Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
- Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang dimulai sejak tahun keempat dari kenabian hingga akhir tahun kesepuluh.
- Tahapan dakwah di luar Mekah, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Sedangkan periode Madinah dapat dibagi menjadi tiga tahapan fase:
- Fase yang banyak diwarnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yang muncul dari dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan para pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah.
- Fase perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan Futuh Makah pada bulan Ramadhan tahun kedelapan dari Hijriyah. Ini juga merupakan fase berdakwah kepada para raja agar masuk Islam.
- Fase masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa kedatangan para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini membentang hingga wafatnya Rasulullah saw.
Masa Kenabian Muhammad saw sebagai masa awal
penyebaran Islam dan Masa Pembinaan dan pembentukan Masyarakat Mekkah
Awal
Kenabian
1.
Mimpi yang Nyata
Mimpi
adalah suatu bentuk/cara Allah memberi informasi. Mimpi yang dialami Nabi
menjelang masa kenabian adalah sebagai cara Allah untuk meyakinkan Muhammad
bahwa ada kekuatan yang memberikan informasi yang benar.
2.
Wahyu Pertama
Pada
bulan Ramadhan, setelah nabi berusia empat puluh (baca QS. Al-Ahqaf : 15),
beliau bertahannus dan menyendiri di Gua Hira, pada malam ketujuh belas
Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M, Malaikat Jibril atas perintah Allah datang menemui
Muhammad saw ketika itulah malaikat Jibril menyampaikan wahyu Al-Qur’an yang
pertama (baca QS. Al-‘Alaq : 1-5).
Ma’shum
Ma’shum
secara etimologi, berasal dari kata ishamah yang berarti menahan diri,
penetapan, patuh, dan tidak mengeluarkan sesuatu. Al-Raghib menjelaskan
pengertian ma’shum adalah mencegah,
berpegang tegun dan memelihara. Sementara al-ishamah
menurutnya adalah hal-hal yang dipengang teguh. Jadi al-ishamah merupakan penjagaan Allah yang khusus diberikan kepada
orang-orang yang telah mencapai derajat tertentu. Mereka adalah para nabi,
karena mereka tidak melakukan dosa bahkan tidak sedikitpun tergores di dalam
hati dan pikiran untuk berbuat dosa dan kesalahan yang dilarang agama.
Kondisi Mekkah Pada Awal Kenabian
1. Dakwah
Secara Sembunyi-sembunyi
Pada
periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam dilingkungan
keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian Ali bin Abi
Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, kemudian Zaid bekas budak beliau. Disamping
itu, banyak orang yang masuk islam dengan perantara Abu Bakar yang terkenal
dengan julukan Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang lebih dahulu masuk
islam. Mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Waqqash,
Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan
Al-Arqam bin Abil Arqam yang rumahnya dijadikan tempat untuk berdakwah secara
sembunyi-sembunyi.
2. Dakwah
Secara Terang-terangan
Dakwah
secara terang- terangan dimulai pada tahun ke empat dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu
dilaksanakan secara terang-terangan.
Tahapan
dakwah Rasulullah saw secara terang-terangan :
a. Mengundang
kaum kerabat keturunan Bani Hasyim.
b. Rasulullah
saw mengumpulkan para penduduk kota mekkah.
Factor
yang menyebabkan dakwah beliau banyak mendapat tantangan dari kaum Quraisy
yaitu sebagai berikut:
- Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepasa seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
- Nabi Muhammad menyerukam persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
- Para pemimpin Quraisy tidak mau percya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
- Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam.
- Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rizki mereka.
Langkah
kaum Quraisy dalam menentang dakwah Nabi Muhammad di Mekkah di antaranya
sebagai berikut:
1. Membujuk,
karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang sangat disegani
masyarakat Mekkah maka kaum Quraisy meminta Abu Thalib meminta satu di antara
dua yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti berdakwah atau menyerahkan
kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib berharap agar Muhammad berhentikan
dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “Demi Allah saya tidak akan
berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan
sanak mengucilkan saya”. Abu Thalib terharu mendengarkan Jawaban keponakannya
itu, kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membantu”.
Merasa
Gagal dengan semua cara kemudian kaum Quraisy dating langsung untuk membujuk
Nabi dengan menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi bersedia menghentikan
dakwahnya. Namun semua tawaran tersebut ditolak oleh Nabi dengan mengatakan
“Demi Allah, biarkan mereka meletakan matahari di tangan kananku, dan bulan di
tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini sehingga agama ini menang
atau aku binasa karenanya”.
2.
Mengintimidasi, karena gagal dengan cara
membujuk, para pemimpin Quraisy melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang
lebih dari sebelumnya. Budak-budak yang masuk islam disiksa oleh tuannya dengan
sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh menyiksa setiap keluarga yang
anggota keluarganya yang masuk islam untuk murtad kembali. Untuk menghindari
kaum muslimin dari tindakan kekejaman ini, nabi memerintahkam mereka Hijrah ke
Habsyah (Ethiopia).
3. Memboikot
seluruh keluarga Bani Hasyim. Tidak seorangpun penduduk mekkah diperkenankan
untuk melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak dari
Bani Hasyim yang menderita kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa kaum
Quraisy menghentikan pemboikotan ini
Karakteristik
dan Kekhasan Nabi Muhammad saw.
a. Kepribadian
yang tangguh
Nabi
Muhammad saw adalah sosok yang sangat kuat baik pada saat kecilnya maupun
dewasanya dan bahkan sampai wafatnya menujukkan sifat yang sangat teguh
pendirian (istiqamah) sejak pertama beliau tidak terpengaruh oleh kondisi
masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliyahannya, menyembah
berhala dan patung. Kepribadian inilah yang menjadi dasar dan landasan yang
kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang
yang memiliki prinsip hidupyang kokoh dan kuat.
b. Kepribadian
dan Akhlak Terpuji
Kepribadian
yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi
Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi shidiq, amanah, tablig dan
fathanah.
Sifat jaiz,
seperti rasa sedih, sabar, dan tabah. Sifat jaiz dan sifat wajib, sangat
menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Dalam segala hal
akhlak Nabi adalah Al-Qur’an, dalm rangka menciptakan standar al-akhlakul
al-karimah yang tinggi, Muhammad mengajar manusia dengan menggunakan keteladanan dalam berbagai aspek
kehidupan, hal ini dapat dibuktikan dri seluruh prilaku beliau yang
merefleksikan nilai-nilai pendidikan. Dengan mengambil keteladanan dari
kehidupan Nabi saw dari sini dapat diketahui bahwa inti dari kepemimpinan
pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan pengembangan sistem akidah,
ubudiyah, dan muamalah yang berlandaskan pada akhlakul karimah.
c. Pemaaf dan
sederhana
Pada masa
penaklukan kota Mekkah beliau memaafkan musuh yang telah menganiyayanya dan
para sahabatnya selama 13 tahun. sebagai kepala Negara rutinitas hariannya
sangat sederhana dan merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Beliau
memperbaiki dan menjahit pakaianya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri.
beliau juga terbiasa memerah susu kambing peliharaanya dan membersihkan lantai
rumahnya yang sederhana.
Reaksi suku Quraisy dan penduduk
Mekkah terhadap fase penyebar-luasan Islam. Dimulai dari dakwah nabi secara
terbuka. Yang ditandai dengn turunnya surat Al-Hijr : 94. Semenjak itu
beliau mengumumkan dakwah secara terbuka atau terang-terangan. Konsekuensinya
beliaupun secara terang-terangan dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras
menyakiti beliau serta kaum muslimim. Satu persatu manusia masuk Islam sementara orang-orang Quraisy tidak kuasa
memungkiri kenyataan ini. Beliau mulai berani mencela agama mereka dan mengecam
tuhan-tuhan mereka yang nyatanya memang
tidak sanggup menimpakan madharat maupun mendatangkan manfaat. Pada saat itulah mereka
semakin gencar melancarkan teror dan permusuhan terhadap beliau dan
sahabat-sahabatnya. Akan tetapi Allah berkenan melindungi Rasulnya lewat jasa
pamannya Abu Thalib karena ia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di
tengah-tengah kaum Quraisy dan juga ditaati ditengah-tengah keluarganya.
Akibatnya penduduk mekah tidak ada yang berani terang-terangan menyakiti beliau.
Tentang sahabat-sahabat beliau yang punya sanak keluarga, mereka akan
dilindungi oleh keluarganya. Tetapi bagi sahabt-sahabat yang tidak memiliki
keluarga ia menjadi saasaran teror dan siksaan orang-orang kafir Quraisy.
Contohnya Bilal bin Rabbah.
Masa Pembinaan Masyarakat Muslim Mekkah
dan suku Quraisy
Siasat dan
Makar Suku Quraisy
setelah melihat tersebarnya islam begitu efektif, mereka, suku Quraisy
mendatangi pamannya Abu Thalib agar menghentikan dakwah keponakannya yang telah
mencela sesembahan mereka dan menganggap sesat nenek moyang mereka. Akan tetapi
usaha mereka gagal, Abu Thalib menolak permohonan mereka dengan baik. Dengan
pembelaan pamannya, maka Rasulullah tetap eksis dalam menyebarkan risalah Allah.
Kaum Quraisy tidak berhenti dalam siasatnya, mereka mendatangi Abu Thalib
untuk yang kedua kalinya, setelah menemuinya, mereka berkata kepadanya : ”wahai
Abu Thalib, sesungguhnya kesabaran kami habis atas pelecehan keponakanmu
terhadap sesembahan kami kami, kalau anda tidak berkenan mencegahnya, izinkan
kami untuk mencegahnya sendiri”. Mendengar permohonan mereka, Abu Thalib
memanggil Muhammad agar menghentikan dakwahnya karena takut akan siksaan
Quraisy kepadanya akan dilakukan. Akan tetapi, Rasulullah enggan menuruti apa
kata pamannya, beliau berkata kepada pamannya ”wallahi ya ‘amm,, lau wadho’u
as-syamsa fii yamiinii wal qomaro fi yasaarii, ’alaa an ada’a hadzal amr, ma
fa’altu hatta yudzhirohullohu aw ahlika duunahu”. Setelah Muhammad
menyampaikan hal tersebut, Abu Thalib berkata. ”pergilah dan katakanlah apa
yang kau sukai,sesungguhnya aku takkan menyerahkanmu kepada mereka selamanya”(idzhab
wa qul ma ahbabta, fa wallahi laa
‘uslimuka Abadan.)
Untuk ketiga kalinya quraisy mendatangi Abu Thalib. Kali ini mereka
membawa seorang pemuda bernama ‘umarah bin walid. Kemudian mereka berkata
kepadanya, ”khudz hadzal walad waladan laka,wa aslim ilaina ibna akhika li
naqtulahu” mendengar ucapan suku Quraisy, Abu Thalib menjawabnya dengan
keras, ”bi’sa ma tathlubuun !!! ‘a thu’thuuni ibnakum li ‘urobbiyahu, wa
u’thiikumubnii li taqtuluuhu.???” kaum Quraisy diam tanpa kata, kemudian
kembali pulang membawa tangan kosong. Disamping itu, Muhammad tetap eksis
menjalankan perintah Allah untuk menyiarkan risalahnya.
melihat perkembangan dan penyebaran dakwah Muhammad, ditambah pembelaan
pamannya, kaum kafir Quraisy mengambil tindakan lain dengan menyiksa beliau
dengan hinaan dan cercaan, khususnya setiap kali hendak pergi untuk
shalat.namun walaupun begitu,Rasulullah menerimanya dengan santun, sabar, lembut,
dan maaf. Diantara pembesar Quraisy yang paling keras dalam hinaan kepada
Muhammad adalah Abu Lahab, Abu Jahal, ’Utbah bin Abi Mu’aith, dan Walid bin
Mughiroh.
akan tetapi sekali lagi, berbagai siasat mereka tak membuahkan hasil
kecuali bertambahnya umat muslim kala itu. Selain siksaan yang mereka lancarkan
dan tidak membuahkan hasil, mereka mendatangi Muhammad dan menyuruhnya untuk
menyembah Tuhan mereka, baru mereka akan menyembah Tuhannya Muhammad(Allah). Allah
kemudian menurunkan surah Al-kafirun kedalam hatinya. Mendengar jawaban
tersebut, mereka putus asa dan meminta nabi untuk menyembunyikan Al-Qur’an atau
menggantiny dengan Al-Qur’an yang lain. Allah memberikan jawaban atas ucapan
mereka, ”Qul maa yakuunu lii an ubaddila lahu min tilqoo’I nafsii in
attabi’u illa maa yuhaa ilayya”. Bahkan tidak hanya itu,mereka juga
menawarkan kedudukan, wanita, harta, dan kehormatan baginya. Namun ia
menolaknya, lagi-lagi Quraisy kembali dengan tangan kosong tanpa hasil. Walaupun
begitu, Rasulullah tetap waspada, beliau menyuruh para sahabat untuk hijrah ke
Habasyah. Dalam perjalanan ini diikuti oleh 12 sahabat serta 4 wanita, salah
satu diatara mereka adalah Utsman bin Affan. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi akan adanya siksaan lanjutan yang akan dilancarkan kembali
kepada para sahabat. Hijrah ini adalah hijrah yang pertama dalam islam
yang terjadi pada tahun kelima kenabian
bertepatan dengan 615/616 M. Dalam hijrah tersebut, para sahabat tidak tinggal
di Habasyah dalam waktu lama, mereka kembali keMekkah setelah 3 bulan dengan
sebab adanya wabah penyakit serta jumlah mereka yang sedikit.
Peristiwa ditahun ke-5 ini tidak hanya hijrah yang pertama dalam islam, tetapi
lebih besar dari itu. Seorang pembesar Quraisy yang amat disegani dan ditakuti
mendapatkan hidayah Allah yang menjadikan mereka berdua masuk Islam. Mereka
adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, yang kelak menjadi
khalifah kedua dalam islam. Jarak islamnya kedua sahabat ini hanyalah satu
hari. Pasca islamnya umar bin khattab, umat muslim terlepas dari siksaan
Quraisy, mereka juga bisa shalat bersama Umar bin Khattab di samping ka’bah
setelah “al-faruq” memenangkan duel gulat dengan kaum Quraisy. Allah
memuliakan islam dengan keduanya.dan tercatat dalam kitab khulashoh nurul
yaqin fi siirah sayyidil mursaliin , sampai saat itu jumlah muslim sudah
mencapai 51 orang. Yakni 40 orang laki-laki, dan 11 orang perempuan.
Embargo
Ekonomi
Tatkala orang-orang Quraisy
mengetahui bahwa para sahabat Rasul mendapatkan suaka dari Raja Najasyi, saat
itu pula Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Islamnya
kedua sahabat tersebut menambah kekuatan muslim ketika itu, seketika itu menyebarlah
dengan pesat agama yang dibawa Muhammad. Begitu mendengar penyebaran islam yang
begitu efektif ditanah makkah, para pembesar Quraisy berkumpul untuk menyusun
siasat dalam rangka penyempitan ruang lingkup para Muslim. Siasat tersebut
tercantum didalam perjanjian tersurat
dan menuliskannya diatas “shahifah”yang kelak akan ditempelkan didinding
ka’bah. Penulis surat perjanjian tersebut adalah Manshur bin IKrimah, Rasulullah
mendoakan kehancuran atasnya, tidak lama kemudian, Allah melumpuhkan jari-jemarinya.
Perjanjian zalim mereka yang sewenang-wenang ditujukan kepada Bani Hasyim dan
Bani Abdul Muthalib, diantara mereka terbagi menjadi dua kubu antara pengikut
Muhammad dan Suku Quraisy. Paman Nabi yang sangat keras menentangnya, Abu Lahab
dan Abu Jahal merapatkan diri kebarisan Quraisy. Maka terjadilah embargo
ekonomi untuk bani Hasyim dan Bani Muthalib, isi perjanjian tersebut antaralain
tidak boleh menikahi dan menikahkan putra-putri mereka dengan Keluarga Hasyim
dan Muthalib, tidak boleh menjual dan membeli barang apapun kepada keduanya. Embargo
tersebut berlangsung selama dua atau tiga tahun, dan terjadi pada tahun ketujuh
dari kenabian/617 M.
Tahun ke-10 kenabian/620 M, dengan
komando dibawah Hisyam bin Amr Rabi’ah, ia bersama 5 orang lainnya sepakat
untuk membatalkan dan menentang “shahifah” yang berisi hal pemboikotan
terhadap bani Hasyim dan Muthalib. Setelah tiga tahun terkurung dalam embargo
ekonomi, beliau dan orang-orang yang bersamanya dalam pengepungan keluar dari syi’b,
dan terlepas dari penderitaan panjang. Fase-fase pemboikotan barang-barang
dagangan untuk dua keluarga besar Nabi meinterpretasikan bagaimana perihnya
perjuangan para sahabat bersama Rasulullah.
Tahun
Duka-Cita
Bulan Rajab 610 M paman tercintanya Abu Thalib meninggal dunia. Kejadian
tersebut menusuk hati Rasulullah. Tiga bulan selanjutnya, kesedihan yang
dialami Nabi tak kunjung usai, bahkan ditambah dengan peristiwa yang lebih
menyedihkan, pada bulan ramadhan khadijah binti khuwailid sampai pada usianya. Rasulullah
sangat sedih akan kepergian istrinya menuju surga yang dirindukan. Kesedihan
yang amat dalam itu dikarenakan beliau sangat mencintainya. Terlebih bahwa
khadijah juga sangat kuat ikut sertanya dalam pembelaannya terhadap Nabi akan
tantangan suku Quraisy, tidak bisa dikesampingkan lagi mengapa tahun 610 M ini
dikenal dengan “aamul huzn”. Ujian yang diberikan Allah kepada
Rasululullah dengan wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, menimbulkan kesedihan
yang mendalam. Mereka berdua adalah pembela Muhammad yang kuat dan besar. Terlebih
lagi pamannya, walaupun Abu Thalib seorang Musyrik, namun pembelaan terhadap
keponakannya sangat besar. Diujung hidupnya, Muhammad menuntun beliau untuk
masuk islam dengan mengucapkan syahadat, akan tetapi paman Nabi ini tetap
berpegang teguh kepada agama suku Quraisy, yang saat itu bersama Nabi dalam
peristiwa detik-detik kematian Abu Thalib. Allah berfirman “innaka laa
tahdii man ahbabta wa laakinallah yahdii man yasyaa’”.
Penyebaran
Islam ke Thaif
Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah
menimbulkan reaksi keras suku Quraisy untuk mendatangkan siksaan yang lebih
kepada Muhammad. Tercantum dalam kitab “ar-rahiiqul makhtuum”bahwa suatu
ketika Rasul shalat, beliau dilempari kotoran hewan oleh seorang Quraisy dengan
memaki “antalladzi turiidu an tajma’al aalihah ilaahan waahida. ”seketika Abu
Bakar datang menghampiri beliau dan membuangnya kemudian menghardik kafir
Quraisy tersebut, ”a taqtuluuna rojulan an yaquula rabbiyallah ??”. Mendengar
hardikan Abdullah bin Abi Kuhafah, pergilah orang Quraisy tersebut.dalam hal
ini Rasulullah tidak putus asa, setelah melihat reaksi Quraisy kembali
memuncak, ditahun itu juga Rasul hijrah keThaif dalam rangka penyebaran islam
keluar kota mekkah dan agar mendapatkan pertolongan untuk melawan tantangan
suku Quraisy. Beliau berangkat ke Thaif bersama budaknya yang dijadikan anak
angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Dalam perjalanan menuju Thaif, Muhammad
selalu mendakwahkan islam kepada setiap orang yang dijumpainya diperjalanan. Namun
tak satupun ada yang menerimanya. Sesampainya ditempat tujuan, Rasulullah dan
Zaid menemui tiga pemuka kota Thaif dan menawarkan islam kepada mereka.
Bai’ah
‘Aqabah
Pada musim
haji tahun ke 12 nubuwwah/621 M, dua belas orang datang ke Mekkah bertemu
dengan Nabi Muhammad di ‘aqabah, dalam
petemuan mereka mengucapkan ikrar, perjanjian. Yang berisi : tidak menyekutukan
Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat
dan memfitnah, tidak menolak berbuat kebaikan.
Pada musim haji
berikutnya tahun ke 13 nubuwwah/622 M, tujuh puluh lima orang melaksanakan
bai’at kembali yang berisi :
1.
Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat dan
malas.
2.
Untuk menafkahkan harta tatkala sukit dan susah.
3.
Untuk menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar.
4.
Untuk berjuang karena Allah dan tidak merisaukan
celaan orang yang suka mencela
5.
Hendaklah kalian menolong ketika aku datang
kepada kalian, melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri, istri dan
anak-anak kalian, dan bagi kalian adalah surga.
Akibat bai’at ‘aqabah I Nabi mengirim
Mus’ab bin Umar untuk menyertai mereka mengajarkan syariat-syariat islam dan
pengethuan agama, akibat bai’at ‘aqbah II Rasul menunjuk 12 orang untuk menjadi
pemuka kaumnya masing-masing dan bertanggung jawab atas pelaksanaan isi-isi bai’at
tersebut.
Hijrah ke
Madinah
Pada tanggal 26
safar tahun ke 14 kenabian atau bertepatan dengan tanggal 12 September 622 M,
telah diadakan pertemuan anggota parlemen Mekkah di Darun Nadwah yang dimulai
sejak pagi hari. Pertemuan itu membahas dan menetapkan keputusan durjana untuk
membunuh Nabi Muhammad. Mereka menetapkan sebelas orang untuk mengepung dan
membunuh Nabi malam hari. Karena agenda ini bersifat rahasia, maka orang
Quraisy melewati hari seperti biasanya, namun Allah menggagalkan rencana mereka.
Allah memberitahu
tentang rencana jahat mereka kepada Nabi melalui Jibril. Allah juga mengizinkan
beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah. Jibril berkata kepada beliau.
“janganlah engkau tiidur di tempat tidurmu malam ini seperti biasa”. Namun
sekalipun orang-orang Quraisy merencanakan makar tersebut dengan sedemikian
matang, tetap saja mereka gagal total. Pada saat krisis itu, Rasulullah
memprintahkan kepada Ali bin Abi Tholib untuk tidur dan memakai selimut mantel
hijau yang biasa beliau pakai. Kemudian Rasulullah keluar dari rumahnya dan
menyibakkan barisan mereka. Sementara itu, Ali tidur di ranjang beliau. Beliau
memungut segenggam pasir, lalu menaburkannya ke atas kepala mereka.
Sesungguhnya Allah telah membutakan mereka sehingga tidak bisa melihat.
Kemudian beliau pergi kerumah Abu Bakar. Keduanya keluar dari rumah Abu Bakar
di tengah kegelapan malam, sehingga tiba di Gua Tsur kearah yaman.
Ilustrasi Hijrah ke Madinah
Pada malam senin
16 September 622 M, mereka melanjutkan perjalananya melalui jalan pesisir yang
jarang dilewati orang. Pada hari senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun 14
kenabian bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M, Rasul tiba di Quba’.
Selama empat hari, membangun Mesjid Quba’ dan Shalat didalamnya. Setelah
melaksanakan sholat jum’at, nabi melanjutkan perjalanan ke Yastrib, sejak
itulah Yastrib disebut dengan Madinah.
Kondisi Yastrib
sebelum Nabi Muhammad Hijrah, masyarakat Yasrib berasal dari bangsa Yahudi,
sementara agama yang mereka anut adalah Paganisme, namun dalam menyambut islam
Yastrib lebih baik daripada Mekkah. Factor yang mempengaruhi Yastrib mudah
menerima Islam :
1.
Masyarakat Yastrib hidup berdampingan dengan
Yahudi, dan sering mendengar ajaran Tauhid.
2.
Peperangan antar kabilah Auz dan Khazraj,
membuat mereka mengharapkan seorang tokoh yang dapat mempersatukan mereka.
Piagam Madinah dan pembentukan Negara Madinah
Isi kandungan
piagam Madinah secara umum adalah kesepakatan untuk menyamakan tujuan dari
semua golongan dan agama. Meskipun berbeda tetapi sama dalam hak dan kewajiban
serta kesepakatan untuk menghindari penganiyayaan dan menegakkan hokum serta
persatuan untuk membela agama.
Dalam piagam
Madinah terkandung kesepakatan-kesepakatan yang tidak membedakan golongan agama
serta menerima perbedaan dan berjanji menjaga kerukunan bersama. Maka piagam
Madinah mengandung aspek Egalitarian dan
Pluralisme di dalamnya juga mengandung unsur Demokratis karena terkandung
kesepakatan menghargai golongan minoritas dan pemberian hak untuk
berpartisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.Quraish. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw Dalam
Sorotan Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.
Bin Abdul Karim, Abdurrahman. Kitab sejarah nabi Muhammad SAW.
Yogyakarta: Diva Press.
Al-Ismail, Tahia. 1996. Tarikh Muhammad SAW teladan prilaku ummat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ash-Shalabi, Prof. DR. Ali
Muhammad, 2012, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakatra: Pustaka Al-Kautsar.
Ishaq, Muhammad ibn. 2002. Buku Tertua Tentang Sejarah Nabi Muhammad.
Surakarta: Muhammadiyah University Pres.
Tidak ada komentar
Posting Komentar