Rabu, 25 Mei 2016

Hijrah ke Madinah

Bangsa Arab Pra Islam dan Karakteristinya                 Masa sebelum islam disebut masa jahiliyah, zaman ini terbagi menjadi dua pr... thumbnail 1 summary


Bangsa Arab Pra Islam dan Karakteristinya
                Masa sebelum islam disebut masa jahiliyah, zaman ini terbagi menjadi dua proide, pertama meliputi masa yang panjang, tetapi tidak diketahui hal ikhwalnya dan sudah lenyap masyarakat penduduknya. Jahiliyah kedua sejarahnya bisa diketahui sedikit jelas. Zaman ini kira-kira 150 tahun sebelum Islam lahir. Kata jahiliyah berasal dari kata jahl tetapi yang dimaksud disini bukanlah jahl lawan kata dari ‘ilm, melainkan lawan dari kata hilm. Bangsa Arab pra islam telah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam seni, sastra mereka telah mencapai kemajuan yang pesat. Akan tetapi karena merosotnya moral melanda mereka, maka lebel jahiliyah diberikan kepada mereka, syair-syair Arab jahili amat kaya dengan informasi yang berkaitan dengan kebudayaan.

                Bangsa Arab termasuk rumpun bangsa Smit yaitu keturunan Nabi Nuh, serumpun dengan bangsa Babilonia, Kaldea, Asyuria, Ibrani, phunisia Aram dan Habsi. Bangsa arab adalah rumpun bangsa smit yang masih bertahan, sedangkan sebagian besar yang lain sudah lenyap dan tidak dikenal lagi. Dari lingkungan  dibagi menjadi dua, ahl al-badwi yaitu pendudukpadang pasir, hidup berpindah-pindah untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata penghidupan mereka adalah berternak kambing, biri-biri, kuda dan unta. Ahl al-hadlar, penduduk yang sudah bertempat tinggal menetap dikota-kota atau daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok tanam dan industry. Berbeda dengan masyarakat badwi mereka memiliki peluang besar untuk membangun kebudayaan, sebagai mana yang dilakukan penduduk yaman selatan dan penduduk kota lain di bagian utara semenanjung ini. Oleh karena itu, sejarah mereka bisa diketahui lebih jelas.
                Sosial, dalam struktur masyarakat Arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara anggota terikat oleh pertalian darah (nasab), akan tetapi ada kalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya disebabkan sumpah setia. Sebuah kabilah dipinpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-aqabilah, yang dipilin berdasarkan umur yang paling tua. Solidaritas kesukuan diwujudkan dengan proteksi kabilah atas seluruh anggota kabilahnya. Sehingga ancaman terhadap anggotanya berarti ancaman terhadap kabilahnya.
                Agama Pra Islam, sebagian besar bangsa Arab jahiliyah adalah penyembah berhala, setiap kabilah memiliki patung sendiri, sehingga tidak kurang dari 360 patung bertengger di sekeliling Ka’bah yang suci itu, ada empat patung yang terkenal yaitu Lata, Uzza, Manah, dan Hubal milik kabilah Quraisy, sebenarnya mereka percaya keppada Allah sebagai pencipta, pengatur, dan penguasa alam semesta, sekalipun mereka inkar tentang hidup sesudah mati mereka menyembah patung dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah. Kepercayaan kepada Allah ini merupakan sisa ajaran tauhid yang dibawa oleh Ibrahim as.
                Ekonomi, bangsa Arab jahiliyah memiliki beberapa pasar tempat mereka berkumpul untuk melakukan transaksi jual beli dan membacakan syair, pasar itu terletak didekat Mekkah, yang terpenting diantaranya ialah Ukaz, Majinnah, dan Dzul Majaz. Kabilah Quraisy terkenal sebagai pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria, memanfaatkan kehadiran  para peziarah Ka’bah terutama pada musim Haji.
                Seni Budaya, satra mempunyai arti penting dalam kehidupan bangsa Arab. Mereka mengabdikan pristiwa-pristiwa dalam syair yang diperlombakan setiap tahun di pasar Ukaz, Majinnah, dan Dzul Majaz. Bagi yang memiliki syair yang bagus, ia akan di beri hadiah, dan mendapatkan kehormatan bagi suku kabilahnya. Serta syairnya digantung di Ka’bah dekat dengan patung pujaan mereka. Menurut catatan sejarah bangsa arab merupakan bangsa yang mempunayai kemampuan menghafal yang sangat kuat khususnya hafalan terhadap syair-syair.
                Sistem Politik, sudah sejak lama sebelum islam lahir, ka’bah selalu dikunjungi oleh bangsa Arab dari seluruh jazirah untuk melaksanakan ibadah haji, oleh karena itu, di Mekkah berdirilah perintah untuk melindungi jamaah haji dan menjamin keselamatan jamaah serta keamanan mereka. Ditetapkan pula laragan perang di kota itu, disamping larangan berperang selama bulan-bulan tertentu.
                Karakteristik bangsa Arab pra islam, kejam, pembalas dendam, angkuh dan sombong pemabuk dan penjudi, beranian dan kepahlawanan, setia dan jujur. Tulus dan berkata benar.
Kajian Sirah Nabawiyah
Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukan seluruh Jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.
Kita dapat membagi masa dakwah Muhammad saw menjadi dua periode, yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu:
  1. Periode Mekah, berjalan kira-kira tiga belas tahun.
  2. Periode Madinah, berjalan selama sepuluh tahun penuh.
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Periode mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
  1. Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
  2. Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang dimulai sejak tahun keempat dari kenabian hingga akhir tahun kesepuluh.
  3. Tahapan dakwah di luar Mekah, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Sedangkan periode Madinah dapat dibagi menjadi tiga tahapan fase:
  1. Fase yang banyak diwarnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yang muncul dari dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan para pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya perjanjian Hudaibiyah.
  2. Fase perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir dengan Futuh Makah pada bulan Ramadhan tahun kedelapan dari Hijriyah. Ini juga merupakan fase berdakwah kepada para raja agar masuk Islam.
  3. Fase masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa kedatangan para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini membentang hingga wafatnya Rasulullah saw.
Masa Kenabian Muhammad saw sebagai masa awal penyebaran Islam dan Masa Pembinaan dan pembentukan Masyarakat Mekkah
Awal Kenabian
1.       Mimpi yang Nyata
                Mimpi adalah suatu bentuk/cara Allah memberi informasi. Mimpi yang dialami Nabi menjelang masa kenabian adalah sebagai cara Allah untuk meyakinkan Muhammad bahwa ada kekuatan yang memberikan informasi yang benar.
2.       Wahyu Pertama
                Pada bulan Ramadhan, setelah nabi berusia empat puluh (baca QS. Al-Ahqaf : 15), beliau bertahannus dan menyendiri di Gua Hira, pada malam ketujuh belas Ramadhan, tepatnya 6 Agustus 610 M, Malaikat Jibril atas perintah Allah datang menemui Muhammad saw ketika itulah malaikat Jibril menyampaikan wahyu Al-Qur’an yang pertama (baca QS. Al-‘Alaq : 1-5).
                Ma’shum
                Ma’shum secara etimologi, berasal dari kata ishamah yang berarti menahan diri, penetapan, patuh, dan tidak mengeluarkan sesuatu. Al-Raghib menjelaskan pengertian ma’shum adalah mencegah, berpegang tegun dan memelihara. Sementara al-ishamah menurutnya adalah hal-hal yang dipengang teguh. Jadi al-ishamah merupakan penjagaan Allah yang khusus diberikan kepada orang-orang yang telah mencapai derajat tertentu. Mereka adalah para nabi, karena mereka tidak melakukan dosa bahkan tidak sedikitpun tergores di dalam hati dan pikiran untuk berbuat dosa dan kesalahan yang dilarang agama.



Kondisi  Mekkah Pada Awal Kenabian
1.       Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam dilingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, kemudian Zaid bekas budak beliau. Disamping itu, banyak orang yang masuk islam dengan perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun yaitu orang-orang yang lebih dahulu masuk islam. Mereka adalah Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam yang rumahnya dijadikan tempat untuk berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
2.       Dakwah Secara Terang-terangan
Dakwah secara terang- terangan dimulai pada tahun ke empat dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.
Tahapan dakwah Rasulullah saw secara terang-terangan :
a.       Mengundang kaum kerabat keturunan Bani Hasyim.
b.      Rasulullah saw mengumpulkan para penduduk kota mekkah.
Factor yang menyebabkan dakwah beliau banyak mendapat tantangan dari kaum Quraisy yaitu sebagai berikut:
  1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepasa seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
  2. Nabi Muhammad menyerukam persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya.
  3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percya ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan diakhirat.
  4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berakar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama islam.
  5. Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rizki mereka.
Langkah kaum Quraisy dalam menentang dakwah Nabi Muhammad di Mekkah di antaranya sebagai berikut:
1.       Membujuk, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang sangat disegani masyarakat Mekkah maka kaum Quraisy meminta Abu Thalib meminta satu di antara dua yaitu memerintahkan Muhammad agar berhenti berdakwah atau menyerahkan kepada mereka untuk dibunuh. Abu Thalib berharap agar Muhammad berhentikan dakwahnya. Namun Nabi menolak dengan mengatakan “Demi Allah saya tidak akan berhenti memperjuangkan amanat Allah ini. Walaupun seluruh anggota keluarga dan sanak mengucilkan saya”. Abu Thalib terharu mendengarkan Jawaban keponakannya itu, kemudian ia berkata “Teruskanlah, demi Allah aku akan terus membantu”.
Merasa Gagal dengan semua cara kemudian kaum Quraisy dating langsung untuk membujuk Nabi dengan menawarkan tahta, wanita, dan harta asal Nabi bersedia menghentikan dakwahnya. Namun semua tawaran tersebut ditolak oleh Nabi dengan mengatakan “Demi Allah, biarkan mereka meletakan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan berhenti melakukan ini sehingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”.
2.       Mengintimidasi, karena gagal dengan cara membujuk, para pemimpin Quraisy melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang lebih dari sebelumnya. Budak-budak yang masuk islam disiksa oleh tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh menyiksa setiap keluarga yang anggota keluarganya yang masuk islam untuk murtad kembali. Untuk menghindari kaum muslimin dari tindakan kekejaman ini, nabi memerintahkam mereka Hijrah ke Habsyah (Ethiopia).
3.       Memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Tidak seorangpun penduduk mekkah diperkenankan untuk melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Akibatnya banyak dari Bani Hasyim yang menderita kelaparan. Hanya karena kasihan beberapa kaum Quraisy menghentikan pemboikotan ini
Karakteristik dan Kekhasan Nabi Muhammad saw.
a.       Kepribadian yang tangguh
Nabi Muhammad saw adalah sosok yang sangat kuat baik pada saat kecilnya maupun dewasanya dan bahkan sampai wafatnya menujukkan sifat yang sangat teguh pendirian (istiqamah) sejak pertama beliau tidak terpengaruh oleh kondisi masyarakat di sekitar yang terkenal kebobrokan dan kejahiliyahannya, menyembah berhala dan patung. Kepribadian inilah yang menjadi dasar dan landasan yang kokoh bagi seorang pemimpin, karena hal itu bermakna juga sebagai seseorang yang memiliki prinsip hidupyang kokoh dan kuat.
b.      Kepribadian dan Akhlak Terpuji
Kepribadian yang terpuji ini memiliki beberapa sifat yang terhimpun dalam pribadi Nabi Muhammad disebut sifat wajib Rasul meliputi shidiq, amanah, tablig dan fathanah.
Sifat jaiz, seperti rasa sedih, sabar, dan tabah. Sifat jaiz dan sifat wajib, sangat menunjang pelaksanaan kepemimpinan yang beliau laksanakan. Dalam segala hal akhlak Nabi adalah Al-Qur’an, dalm rangka menciptakan standar al-akhlakul al-karimah yang tinggi, Muhammad mengajar manusia dengan  menggunakan keteladanan dalam berbagai aspek kehidupan, hal ini dapat dibuktikan dri seluruh prilaku beliau yang merefleksikan nilai-nilai pendidikan. Dengan mengambil keteladanan dari kehidupan Nabi saw dari sini dapat diketahui bahwa inti dari kepemimpinan pendidikan Nabi Muhammad adalah penanaman dan pengembangan sistem akidah, ubudiyah, dan muamalah yang berlandaskan pada akhlakul karimah.
c.       Pemaaf dan sederhana
Pada masa penaklukan kota Mekkah beliau memaafkan musuh yang telah menganiyayanya dan para sahabatnya selama 13 tahun. sebagai kepala Negara rutinitas hariannya sangat sederhana dan merefleksikan sikapnya yang rendah hati. Beliau memperbaiki dan menjahit pakaianya yang sobek dan menambal sepatunya sendiri. beliau juga terbiasa memerah susu kambing peliharaanya dan membersihkan lantai rumahnya yang sederhana.
Reaksi  suku Quraisy dan penduduk Mekkah terhadap fase penyebar-luasan Islam. Dimulai dari dakwah nabi secara terbuka. Yang ditandai dengn turunnya surat Al-Hijr : 94. Semenjak itu beliau mengumumkan dakwah secara terbuka atau terang-terangan. Konsekuensinya beliaupun secara terang-terangan dimusuhi oleh kaumnya. Mereka semakin keras menyakiti beliau serta kaum muslimim. Satu persatu manusia masuk Islam  sementara orang-orang Quraisy tidak kuasa memungkiri kenyataan ini. Beliau mulai berani mencela agama mereka dan mengecam tuhan-tuhan mereka yang nyatanya  memang tidak sanggup menimpakan madharat maupun mendatangkan manfaat. Pada saat itulah mereka  semakin gencar melancarkan teror dan permusuhan terhadap beliau dan sahabat-sahabatnya. Akan tetapi Allah berkenan melindungi Rasulnya lewat jasa pamannya Abu Thalib karena ia adalah seorang bangsawan yang sangat dihormati di tengah-tengah kaum Quraisy dan juga ditaati ditengah-tengah keluarganya. Akibatnya penduduk mekah tidak ada yang berani terang-terangan menyakiti beliau. Tentang sahabat-sahabat beliau yang punya sanak keluarga, mereka akan dilindungi oleh keluarganya. Tetapi bagi sahabt-sahabat yang tidak memiliki keluarga ia menjadi saasaran teror dan siksaan orang-orang kafir Quraisy. Contohnya Bilal bin Rabbah.
Masa Pembinaan Masyarakat Muslim Mekkah dan suku Quraisy
Siasat dan Makar Suku Quraisy
setelah melihat tersebarnya islam begitu efektif, mereka, suku Quraisy mendatangi pamannya Abu Thalib agar menghentikan dakwah keponakannya yang telah mencela sesembahan mereka dan menganggap sesat nenek moyang mereka. Akan tetapi usaha mereka gagal, Abu Thalib menolak permohonan mereka dengan baik. Dengan pembelaan pamannya, maka Rasulullah tetap eksis dalam menyebarkan risalah Allah.
Kaum Quraisy tidak berhenti dalam siasatnya, mereka mendatangi Abu Thalib untuk yang kedua kalinya, setelah menemuinya, mereka berkata kepadanya : ”wahai Abu Thalib, sesungguhnya kesabaran kami habis atas pelecehan keponakanmu terhadap sesembahan kami kami, kalau anda tidak berkenan mencegahnya, izinkan kami untuk mencegahnya sendiri”. Mendengar permohonan mereka, Abu Thalib memanggil Muhammad agar menghentikan dakwahnya karena takut akan siksaan Quraisy kepadanya akan dilakukan. Akan tetapi, Rasulullah enggan menuruti apa kata pamannya, beliau berkata kepada pamannya ”wallahi ya ‘amm,, lau wadho’u as-syamsa fii yamiinii wal qomaro fi yasaarii, ’alaa an ada’a hadzal amr, ma fa’altu hatta yudzhirohullohu aw ahlika duunahu”. Setelah Muhammad menyampaikan hal tersebut, Abu Thalib berkata. ”pergilah dan katakanlah apa yang kau sukai,sesungguhnya aku takkan menyerahkanmu kepada mereka selamanya”(idzhab wa qul ma ahbabta, fa wallahi  laa ‘uslimuka Abadan.)
Untuk ketiga kalinya quraisy mendatangi Abu Thalib. Kali ini mereka membawa seorang pemuda bernama ‘umarah bin walid. Kemudian mereka berkata kepadanya, ”khudz hadzal walad waladan laka,wa aslim ilaina ibna akhika li naqtulahu” mendengar ucapan suku Quraisy, Abu Thalib menjawabnya dengan keras, ”bi’sa ma tathlubuun !!! ‘a thu’thuuni ibnakum li ‘urobbiyahu, wa u’thiikumubnii li taqtuluuhu.???” kaum Quraisy diam tanpa kata, kemudian kembali pulang membawa tangan kosong. Disamping itu, Muhammad tetap eksis menjalankan perintah Allah untuk menyiarkan risalahnya.
melihat perkembangan dan penyebaran dakwah Muhammad, ditambah pembelaan pamannya, kaum kafir Quraisy mengambil tindakan lain dengan menyiksa beliau dengan hinaan dan cercaan, khususnya setiap kali hendak pergi untuk shalat.namun walaupun begitu,Rasulullah menerimanya dengan santun, sabar, lembut, dan maaf. Diantara pembesar Quraisy yang paling keras dalam hinaan kepada Muhammad adalah Abu Lahab, Abu Jahal, ’Utbah bin Abi Mu’aith, dan Walid bin Mughiroh.
akan tetapi sekali lagi, berbagai siasat mereka tak membuahkan hasil kecuali bertambahnya umat muslim kala itu. Selain siksaan yang mereka lancarkan dan tidak membuahkan hasil, mereka mendatangi Muhammad dan menyuruhnya untuk menyembah Tuhan mereka, baru mereka akan menyembah Tuhannya Muhammad(Allah). Allah kemudian menurunkan surah Al-kafirun kedalam hatinya. Mendengar jawaban tersebut, mereka putus asa dan meminta nabi untuk menyembunyikan Al-Qur’an atau menggantiny dengan Al-Qur’an yang lain. Allah memberikan jawaban atas ucapan mereka, ”Qul maa yakuunu lii an ubaddila lahu min tilqoo’I nafsii in attabi’u illa maa yuhaa ilayya”. Bahkan tidak hanya itu,mereka juga menawarkan kedudukan, wanita, harta, dan kehormatan baginya. Namun ia menolaknya, lagi-lagi Quraisy kembali dengan tangan kosong tanpa hasil. Walaupun begitu, Rasulullah tetap waspada, beliau menyuruh para sahabat untuk hijrah ke Habasyah. Dalam perjalanan ini diikuti oleh 12 sahabat serta 4 wanita, salah satu diatara mereka adalah Utsman bin Affan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi akan adanya siksaan lanjutan yang akan dilancarkan kembali kepada para sahabat. Hijrah ini adalah hijrah yang pertama dalam islam yang  terjadi pada tahun kelima kenabian bertepatan dengan 615/616 M. Dalam hijrah tersebut, para sahabat tidak tinggal di Habasyah dalam waktu lama, mereka kembali keMekkah setelah 3 bulan dengan sebab adanya wabah penyakit serta jumlah mereka yang sedikit.
Peristiwa ditahun ke-5 ini tidak hanya hijrah yang pertama dalam islam, tetapi lebih besar dari itu. Seorang pembesar Quraisy yang amat disegani dan ditakuti mendapatkan hidayah Allah yang menjadikan mereka berdua masuk Islam. Mereka adalah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, yang kelak menjadi khalifah kedua dalam islam. Jarak islamnya kedua sahabat ini hanyalah satu hari. Pasca islamnya umar bin khattab, umat muslim terlepas dari siksaan Quraisy, mereka juga bisa shalat bersama Umar bin Khattab di samping ka’bah setelah “al-faruq” memenangkan duel gulat dengan kaum Quraisy. Allah memuliakan islam dengan keduanya.dan tercatat dalam kitab khulashoh nurul yaqin fi siirah sayyidil mursaliin , sampai saat itu jumlah muslim sudah mencapai 51 orang. Yakni 40 orang laki-laki, dan 11 orang perempuan.
Embargo Ekonomi
                Tatkala orang-orang Quraisy mengetahui bahwa para sahabat Rasul mendapatkan suaka dari Raja Najasyi, saat itu pula Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Islamnya kedua sahabat tersebut menambah kekuatan muslim ketika itu, seketika itu menyebarlah dengan pesat agama yang dibawa Muhammad. Begitu mendengar penyebaran islam yang begitu efektif ditanah makkah, para pembesar Quraisy berkumpul untuk menyusun siasat dalam rangka penyempitan ruang lingkup para Muslim. Siasat tersebut tercantum didalam  perjanjian tersurat dan menuliskannya diatas “shahifah”yang kelak akan ditempelkan didinding ka’bah. Penulis surat perjanjian tersebut adalah Manshur bin IKrimah, Rasulullah mendoakan kehancuran atasnya, tidak lama kemudian, Allah melumpuhkan jari-jemarinya. Perjanjian zalim mereka yang sewenang-wenang ditujukan kepada Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib, diantara mereka terbagi menjadi dua kubu antara pengikut Muhammad dan Suku Quraisy. Paman Nabi yang sangat keras menentangnya, Abu Lahab dan Abu Jahal merapatkan diri kebarisan Quraisy. Maka terjadilah embargo ekonomi untuk bani Hasyim dan Bani Muthalib, isi perjanjian tersebut antaralain tidak boleh menikahi dan menikahkan putra-putri mereka dengan Keluarga Hasyim dan Muthalib, tidak boleh menjual dan membeli barang apapun kepada keduanya. Embargo tersebut berlangsung selama dua atau tiga tahun, dan terjadi pada tahun ketujuh dari kenabian/617 M.
                Tahun ke-10 kenabian/620 M, dengan komando dibawah Hisyam bin Amr Rabi’ah, ia bersama 5 orang lainnya sepakat untuk membatalkan dan menentang “shahifah” yang berisi hal pemboikotan terhadap bani Hasyim dan Muthalib. Setelah tiga tahun terkurung dalam embargo ekonomi, beliau dan orang-orang yang bersamanya dalam pengepungan keluar dari syi’b, dan terlepas dari penderitaan panjang. Fase-fase pemboikotan barang-barang dagangan untuk dua keluarga besar Nabi meinterpretasikan bagaimana perihnya perjuangan para sahabat bersama Rasulullah.
Tahun Duka-Cita
Bulan Rajab 610 M paman tercintanya Abu Thalib meninggal dunia. Kejadian tersebut menusuk hati Rasulullah. Tiga bulan selanjutnya, kesedihan yang dialami Nabi tak kunjung usai, bahkan ditambah dengan peristiwa yang lebih menyedihkan, pada bulan ramadhan khadijah binti khuwailid sampai pada usianya. Rasulullah sangat sedih akan kepergian istrinya menuju surga yang dirindukan. Kesedihan yang amat dalam itu dikarenakan beliau sangat mencintainya. Terlebih bahwa khadijah juga sangat kuat ikut sertanya dalam pembelaannya terhadap Nabi akan tantangan suku Quraisy, tidak bisa dikesampingkan lagi mengapa tahun 610 M ini dikenal dengan “aamul huzn”. Ujian yang diberikan Allah kepada Rasululullah dengan wafatnya Khadijah dan Abu Thalib, menimbulkan kesedihan yang mendalam. Mereka berdua adalah pembela Muhammad yang kuat dan besar. Terlebih lagi pamannya, walaupun Abu Thalib seorang Musyrik, namun pembelaan terhadap keponakannya sangat besar. Diujung hidupnya, Muhammad menuntun beliau untuk masuk islam dengan mengucapkan syahadat, akan tetapi paman Nabi ini tetap berpegang teguh kepada agama suku Quraisy, yang saat itu bersama Nabi dalam peristiwa detik-detik kematian Abu Thalib. Allah berfirman “innaka laa tahdii man ahbabta wa laakinallah yahdii man yasyaa’”.
Penyebaran Islam ke Thaif
                Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah menimbulkan reaksi keras suku Quraisy untuk mendatangkan siksaan yang lebih kepada Muhammad. Tercantum dalam kitab “ar-rahiiqul makhtuum”bahwa suatu ketika Rasul shalat, beliau dilempari kotoran hewan oleh seorang Quraisy dengan memaki “antalladzi turiidu an tajma’al aalihah ilaahan waahida. ”seketika Abu Bakar datang menghampiri beliau dan membuangnya kemudian menghardik kafir Quraisy tersebut, ”a taqtuluuna rojulan an yaquula rabbiyallah ??”. Mendengar hardikan Abdullah bin Abi Kuhafah, pergilah orang Quraisy tersebut.dalam hal ini Rasulullah tidak putus asa, setelah melihat reaksi Quraisy kembali memuncak, ditahun itu juga Rasul hijrah keThaif dalam rangka penyebaran islam keluar kota mekkah dan agar mendapatkan pertolongan untuk melawan tantangan suku Quraisy. Beliau berangkat ke Thaif bersama budaknya yang dijadikan anak angkat beliau, Zaid bin Haritsah. Dalam perjalanan menuju Thaif, Muhammad selalu mendakwahkan islam kepada setiap orang yang dijumpainya diperjalanan. Namun tak satupun ada yang menerimanya. Sesampainya ditempat tujuan, Rasulullah dan Zaid menemui tiga pemuka kota Thaif dan menawarkan islam kepada mereka.
Bai’ah ‘Aqabah
                Pada musim haji tahun ke 12 nubuwwah/621 M, dua belas orang datang ke Mekkah bertemu dengan Nabi Muhammad di ‘aqabah,  dalam petemuan mereka mengucapkan ikrar, perjanjian. Yang berisi : tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah, tidak menolak berbuat kebaikan.
                Pada musim haji berikutnya tahun ke 13 nubuwwah/622 M, tujuh puluh lima orang melaksanakan bai’at kembali yang berisi :
1.       Untuk mendengar dan taat tatkala bersemangat dan malas.
2.       Untuk menafkahkan harta tatkala sukit dan susah.
3.       Untuk menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.
4.       Untuk berjuang karena Allah dan tidak merisaukan celaan orang yang suka mencela
5.       Hendaklah kalian menolong ketika aku datang kepada kalian, melindungiku sebagaimana kalian melindungi diri, istri dan anak-anak kalian, dan bagi kalian adalah surga.
Akibat bai’at ‘aqabah I Nabi mengirim Mus’ab bin Umar untuk menyertai mereka mengajarkan syariat-syariat islam dan pengethuan agama, akibat bai’at ‘aqbah II Rasul menunjuk 12 orang untuk menjadi pemuka kaumnya masing-masing dan bertanggung jawab atas pelaksanaan isi-isi bai’at tersebut.
Hijrah ke Madinah
                Pada tanggal 26 safar tahun ke 14 kenabian atau bertepatan dengan tanggal 12 September 622 M, telah diadakan pertemuan anggota parlemen Mekkah di Darun Nadwah yang dimulai sejak pagi hari. Pertemuan itu membahas dan menetapkan keputusan durjana untuk membunuh Nabi Muhammad. Mereka menetapkan sebelas orang untuk mengepung dan membunuh Nabi malam hari. Karena agenda ini bersifat rahasia, maka orang Quraisy melewati hari seperti biasanya, namun Allah menggagalkan rencana mereka.
                Allah memberitahu tentang rencana jahat mereka kepada Nabi melalui Jibril. Allah juga mengizinkan beliau untuk pergi serta menetapkan waktu hijrah. Jibril berkata kepada beliau. “janganlah engkau tiidur di tempat tidurmu malam ini seperti biasa”. Namun sekalipun orang-orang Quraisy merencanakan makar tersebut dengan sedemikian matang, tetap saja mereka gagal total. Pada saat krisis itu, Rasulullah memprintahkan kepada Ali bin Abi Tholib untuk tidur dan memakai selimut mantel hijau yang biasa beliau pakai. Kemudian Rasulullah keluar dari rumahnya dan menyibakkan barisan mereka. Sementara itu, Ali tidur di ranjang beliau. Beliau memungut segenggam pasir, lalu menaburkannya ke atas kepala mereka. Sesungguhnya Allah telah membutakan mereka sehingga tidak bisa melihat. Kemudian beliau pergi kerumah Abu Bakar. Keduanya keluar dari rumah Abu Bakar di tengah kegelapan malam, sehingga tiba di Gua Tsur kearah yaman.


 Ilustrasi Hijrah ke Madinah
                Pada malam senin 16 September 622 M, mereka melanjutkan perjalananya melalui jalan pesisir yang jarang dilewati orang. Pada hari senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun 14 kenabian bertepatan dengan tanggal 23 September 622 M, Rasul tiba di Quba’. Selama empat hari, membangun Mesjid Quba’ dan Shalat didalamnya. Setelah melaksanakan sholat jum’at, nabi melanjutkan perjalanan ke Yastrib, sejak itulah Yastrib disebut dengan Madinah.
                Kondisi Yastrib sebelum Nabi Muhammad Hijrah, masyarakat Yasrib berasal dari bangsa Yahudi, sementara agama yang mereka anut adalah Paganisme, namun dalam menyambut islam Yastrib lebih baik daripada Mekkah. Factor yang mempengaruhi Yastrib mudah menerima Islam :
1.       Masyarakat Yastrib hidup berdampingan dengan Yahudi, dan sering mendengar ajaran Tauhid.
2.       Peperangan antar kabilah Auz dan Khazraj, membuat mereka mengharapkan seorang tokoh yang dapat mempersatukan mereka.
Piagam Madinah dan pembentukan Negara Madinah
                Isi kandungan piagam Madinah secara umum adalah kesepakatan untuk menyamakan tujuan dari semua golongan dan agama. Meskipun berbeda tetapi sama dalam hak dan kewajiban serta kesepakatan untuk menghindari penganiyayaan dan menegakkan hokum serta persatuan untuk membela  agama.
                Dalam piagam Madinah terkandung kesepakatan-kesepakatan yang tidak membedakan golongan agama serta menerima perbedaan dan berjanji menjaga kerukunan bersama. Maka piagam Madinah mengandung aspek  Egalitarian dan Pluralisme di dalamnya juga mengandung unsur Demokratis karena terkandung kesepakatan menghargai golongan minoritas dan pemberian hak untuk berpartisipasi.

DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M.Quraish. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad saw Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.
Bin Abdul Karim, Abdurrahman. Kitab sejarah nabi Muhammad SAW. Yogyakarta: Diva Press.
Al-Ismail, Tahia. 1996. Tarikh Muhammad SAW teladan prilaku ummat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ash-Shalabi, Prof. DR. Ali Muhammad, 2012, Sejarah Lengkap Rasulullah, Jakatra: Pustaka Al-Kautsar.
Ishaq, Muhammad ibn. 2002. Buku Tertua Tentang Sejarah Nabi Muhammad. Surakarta: Muhammadiyah University Pres.

Tidak ada komentar

Posting Komentar